Cacing tanah termasuk hewan tingkat
rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah
termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan
Lumbricidae
Cacing tanah bukanlah hewan yang
asing bagi masyarakat kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini
mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan
manusia.
2.
Jenis
Jenis-jenis yang paling banyak
dikembangkan oleh manusia berasal dari famili Megascolicidae dan Lumbricidae dengan
genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus.
Beberapa jenis cacing tanah yang
kini banyak diternakan antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga
jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang
dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh
pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak
pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain
sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa
menyamai atau melebihi jenis lain.
Cacing tanah jenis Pheretima
segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya
berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah
yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing
kalung.
Cacing tanah jenis Perionyx
berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dengan jumlah segmen
75-165 dan klitelumnya terletak pada segmen 13 dan 17. Cacing ini biasanya agak
manja sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius.
Cacing jenis Lumbricus Rubellus
memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang lain di atas, karena
produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan
produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak
3.
Manfaat
Dalam bidang pertanian, cacing
menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah.
Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik.
Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan
tanaman. Selain itu juga cacing tanah dapat digunakan sebagai:
a.
Bahan Pakan Ternak
Berkat
kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.
b.
Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk
penyembuhan penyakit.
Secara
tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan
darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.
c.
Bahan Baku Kosmetik
Cacing dapat
diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan lipstik.
d.
Makanan Manusia
Cacing
merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan makanan
manusia seperti halnya daging sapi atau Ayam.
4.
Persiapan Lokasi
a.
Tanah sebagai media hidup cacing harus
mengandung bahan organik dalam jumlah yang besar.
b.
Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari
serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati.
Cacing tanah menyukai bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah
dicerna oleh tubuhnya.
c.
Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah
memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan
kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk
mengadakan pembusukan atau fermentasi.
d.
Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
cacing tanah adalah antara 15-30 %.
e.
Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing
tanah dan penetasan kokon adalah sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku.
Suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup
dan kelembaban optimal.
f.
Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar
mudah penanganan dan pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara
langsung, misalnya di bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus
(permanen) yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar
dan tidak menyimpan panas.
5.
Teknis
a.
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah
didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat.
Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah
yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat
sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa
dinding (bangunan terbuka).
Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk,
pancing bertingkat atau pancing berjajar..
b.
Pembibitan
Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah
meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan
kandang pelindung.
1)
Pemilihan Bibit Calon Induk
Sebaiknya dalam beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibit yang
sudah ada karena diperlukan dalam jumlah yang besar. Namun bila akan dimulai
dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam, yaitu dari
tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan kotoran hewan.
2)
Pemeliharaan Bibit Calon Induk
Pemeliharaan
dapat dibagi menjadi beberapa cara:
a)
pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya
sesuai tempat yang digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa.
Jika sarang berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang lebih
1 m, dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa.
b)
pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika
jumlahnya telah bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain.
c)
pemeliharaan kombinasi cara a dan b.
d)
pemeliharaan khusus kokon sampai anak, setelah
dewasa di pindah ke bak lain.
e)
Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.
3)
Sistem Pemuliabiakan
Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada, maka
penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing
tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media, tetapi harus dicoba
sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah diletakan di atas media,
kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke
dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain
dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di atas
media atau ada yang meninggalkan media (wadah). Apabila dalam waktu 12 jam
tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu betah dan media sudah cocok.
Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan berkeliaran di permukaan media.
Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dengan yang baru. Perbaikan
dapat dilakukan dengan cara disiram dengan air, kemudian diperas hingga air
perasannya terlihat berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua).
4)
Reproduksi, Perkawinan
Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan
dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat
dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan
dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur.
Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek
api. Kokon ini diletakkan di tempat yang
lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan
menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor.
Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu
1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan
adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari setelah
perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.
c.
Pemeliharaan
1)
Pemberian Pakan
Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing
tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang harus diberikan
juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalah berupa semua kotoran
hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagai media.
Hal yang
perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah, antara lain :
·
pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau
bubur dengan cara diblender.
·
bubur pakan ditaburkan rata di atas media,
tetapi tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah
tidak ditaburi pakan.
·
pakan ditutup dengan plastik, karung , atau
bahan lain yang tidak tembus cahaya.
·
pemberian pakan berikutnya, apabila masih
tersisa pakan terdahulu, harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan
dikurangi.
·
bubur pakan yang akan diberikan pada cacing
tanah mempunyai perbandingan air 1:1.
2)
Penggantian Media
Media yang sudah menjadi tanah/kascing atau yang telah banyak telur (kokon)
harus diganti. Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak dan induk dipisahkan
dan ditumbuhkan pada media baru. Rata rata penggantian media dilakukan dalam
jangka waktu 2 Minggu.
3)
Proses Kelahiran
Bahan untuk media pembuatan sarang adalah: kotoran hewan, dedaunan/Buah-buahan,
batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran/kardus/kayu
lapuk/bubur kayu.
Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan,
kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air kemudian diaduk kembali. Bahan
campuran dan kotaran ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30
ditambah air secukupnya supaya tetap basah.
6.
Hama dan Penyakit
Keberhasilan beternak cacing tanah
tidak terlepas dari pengendalian terhadap hama dan musuh cacing tanah. Beberapa
hama dan musuh cacing tanah antara lain: semut, kumbang, burung, kelabang,
lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu dan
lain-lain.
Musuh yang juga ditakuti adalah
semut merah yang memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan
lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk penggemukan cacing tanah.
Pencegahan serangan semut merah dilakukan dengan cara disekitar wadah
pemeliharaan (dirambang) diberi air cukup.
7.
Panen
Dalam beternak cacing tanah ada dua
hasil terpenting (utama) yang dapat diharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu
sendiri) dan kascing (bekas cacing). Panen cacing dapat dilakukan dengan
berbagai cara salah satunya adalah dengan mengunakan alat penerangan seperti
lampu petromaks, lampu neon atau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap
cahaya sehingga mereka akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita
tinggal memisahkan
cacing tanah itu dengan medianya.
Ada cara panen yang lebih ekonomis
dengan membalikan sarang. Dibalik sarang yang gelap ini cacing biasanya
berkumpul dan cacing mudah terkumpul, kemudian sarang dibalik kembali dan
pisahkan cacing yang tertinggal. Jika pada saat panen sudah terlihat adanya
kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi
pakan hingga sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan
cacing tanah dapat
diambil untuk dipindahkan ke wadah
pemeliharaan yang baru dan kascingnya siap di panen.
8.
Gambaran Peluang Agribisnis
Cacing tanah merupakan komoditi ekspor yang
belakangan ini mendapat respon yang besar dari para petani ataupun pengusaha.
Hal ini disebabkan karena besarnya permintaan pasar internasional dan masih
kurangnya produksi cacing tanah. Budidaya cacing tanah dapat memberikan hasil
yang besar dengan penanganan yang baik.
makasih infonya yah kak
BalasHapusberita jatim